Estetika Pertunjukkan Wayang Kulit


           Mungkin Anda tidak asing lagi jika mendengar tentang kesenian wayang kulit. Yap, wayang kulit merupakan kesenian tradisional dari Indonesia terutama berkembang di Pulau Jawa. Kita sebagai warga Negara Indonesia patut berbangga, karena bangsa kita memiliki kesenian budaya yang tidak ternilai harganya. Dan, wayang kulit salah satunya. Kesenian wayang kulit ini tidak dimiliki oleh bangsa lain. Wayang kulit tersebut merupakan ciri khas bangsa ini dan telah diwariskan secara turun-temurun dari zaman dulu hingga sekarang. Dan, kesenian tersebut tidak pernah pudar hingga sekarang, walaupun pengaruh bangsa asing telah memasuki bangsa ini.

Sebagai karya seni, pergelaran wayang meliputi beberapa cabang kesenian (seni teater, ukir, sastra, musik). Dari unsur pelaksana dan peralatan, wayang terdiri dari dalang (sutradara), niyaga (pemain gamelan) dan pesinden (penyanyi wanita) atau gerong (kor penyanyi pria). Dari unsur peralatannya terdiri dari wayang kulit, kelir, blencong (lampu tradisional), gedhebog (batang pisang), kothak, cempala (kayu pemukul kotak), kepyak (dari kuningan), dan gamelan. Sedang unsur pertunjukan yang bisa dilihat adalahsabetan (gerak wayang), dan yang didengar meliputi (janturan), carios atau kandha, ginem (pocapan)suluk, tembang, dhodhogan, kepyakan, gendhing, gerongsindhenan.

Betapa tinggi nilai estetika pada wayang di antaranya bisa dilihat dari seni ukir wayang (tatah sungging). Pembuatan setiap tokoh wayang, memiliki ciri dan watak tersendiri. Bineka wayang itu tidak menggambarkan manusia secara wajar, tetapi watak berbagai tokoh dalam dunia perwayangan. Setiap wayang melukiskan secara wajar, tetapi watak berbagai tokoh dalam dunia perwayangan. Aetiap wayang melukiskan watak tertentu dan dalam keadaan batin tertentu. Setiap pola bentuk wayang memiliki wanda, ungkapan watak atau ekspresi batin. Wanda wayang Kresna misalnya, berbeda dengan wanda Arjuna. Sementara wanda Arjuna beraneka ragam pula jenisnya, seperti wanda kinanthi, kanyut, mangu dan sebagainya. Setiap wanda melukiskan ekspresi keadaan batin tertentu dalam diri Arjuna. Karena itu, jumlah wayang kulit yang semestinya cukup 200 biji dalam satu kotak, karena adanya wanda tersebutjumlahnya bisa menjadi 650 biji lebih.

Ini belum lagi nilai estetika pada seni musiknya. Dalam pergelaran baku wayang kulit semalam suntuk, bunyi gamelan yang mengiringinya terbagai dalam tujuh pase. Yaitu, klenengan, talu, patet nem, patet sanga, patet manyuratancep kayon (penutup), dan golek. Sambil menunggu kehadiran penonton atau tamu, pertunjukan diawali dengan klenengan dengan gending-gendhing Sriwidana, Kadrang Slamet,dan Pangkur, baru kemudian masuk ke talu. Selain mengandung nilai filosofi, dalam dramaturgi sebuah pertunjukan, fungsi gending patalon sebagai intro dari sebuah pertunjukan wayang.

Berikut adalah salah satu contoh dari sekian banyak pertunjukkan wayang kulit...

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer